Pada tulisan Aneka Macam Beban pada Rekayasa Struktur sebelumnya, penulis sudah membahas mengenai beban-beban yang umum diterapkan pada struktur. Kali ini, penulis akan menjelaskan mengenai beban-beban yang mungkin belum familiar bagi rekan-rekan yang baru mulai belajar dunia rekayasa struktur.
Apasih itu EPC? Barangkali belum banyak rekan yang familiar dengan kata EPC (Engineering Procurement dan Construction). Umumnya, perusahaan EPC dapat didefinisikan sebagai perusahaan kontraktor yang bergerak di sektor minyak dan gas, pertambangan, power plant, petrokimia, dan bisa jadi sektor lain. Kontraktor bertanggung jawab pada semua aktivitas, mulai dari Engineering, Procurement, Construction, Mechanical Completion, hingga serah terima kepada pemilik untuk fase Start-up dan Operation.
Proyek EPC merupakan satu jenis proyek dengan paket pekerjaan yang dimulai dari Engineering, Procurement dan Construction sampai dengan pengujian dan commissioning sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan
Berikut ini adalah beban-beban yang khas ada di produk proyek EPC:
1. Equipment Load (E)
Equipment load atau beban mesin dapat diartikan sebagai berat sendiri mesin ditambah dengan kelengkapan dan konten di dalam mesin tersebut. Penerapan beban dapat dikategorikan dalam 3 kondisi;
Equipment load kondisi kosong = E(E)
Equipment load kondisi kosong merupakan berat sendiri mesin pada masa pemasangan atau maintenance yang meliputi insulasi, platform dan pipa-pipa yang melekat secara permanen pada mesin.
Equipment load kondisi operasi = E(O)
Equipment load kondisi operasi merupakan beban yang timbul dari mesin pada masa mesin beroperasi. Beban ini meliputi berat akibat berat sendiri, cairan/material padat di dalam mesin, serta kelengkapan insulasi, platform dan pipa-pipa yang melekat secara permanen pada mesin.
Equipment load kondisi tes = E(T)
Equipment load kondisi tes merupakan beban yang timbul dari mesin pada masa pengetesan hidrostatis setelah mesin terpasang. Beban ini meliputi berat akibat berat sendiri, berat air untuk pengetesan di dalam mesin, serta kelengkapan insulasi, platform dan pipa-pipa yang melekat secara permanen pada mesin.
2. Piping Load (P)
Piping load atau beban perpipaan merupakan berat pipa, fitting, katup, insulasi dan konten di dalam pipa tersebut. Penerapan beban dapat dikategorikan dalam 3 kondisi;
Piping load kondisi kosong = P(E)
Piping load kondisi kosong merupakan berat pipa, fitting, katup dan insulasi tanpa konten cairan di dalamnya.
Piping load kondisi operasi = P(O)
Piping load kondisi operasi merupakan beban yang timbul dari pipa pada masa operasi. Beban ini meliputi berat pipa, fitting, katup dan insulasi beserta konten cairan di dalamnya.
Piping loadkondisi tes = P(T)
Piping load kondisi tes merupakan beban yang timbul dari pipa pada masa pengetesan hidrostatis setelah pipa terpasang. Beban ini meliputi berat akibat berat sendiri, berat cairan yang dipakai untuk pengetesan, fitting, katup dan insulasi.
3. Thermal Load (T)
Beban thermal merupakan beban dari kontraksi pipa atau pemuaian pipa akibat perubahan suhu lingkungan. Nilai beban thermal dilakukan dengan pendekatan perhitungan perkalian antara koefisien gesek dengan gaya normal yang terjadi pada permukaan tumpuan pipa. Gaya normal ini dapat diambil dari nilai beban akibat Piping load kondisi operasi. Nilai koefisien gesek dari bermacam material dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Material | Koefisien |
Beton dengan Tanah | 0.50 |
Baja dengan Beton | 0.40 |
Baja dengan Baja | 0.30 |
Baja dengan Teflon | 0.10 |
Teflon dengan Teflon | 0.08 |
Sebagai gambaran, beban thermal untuk mesin seperti “Heat Exchanger” yang menumpu pada sebuah struktur dapat diperhitungkan sebagai berikut:
4. Bundle Pulling Load (B)
Beban ini didefinisikan sebagai beban yang timbul pada masa perawatan (maintenance) akibat gaya tarik bundle yang merupakan bagian dari mesin heat exchanger. Nilai beban dapat diambil melalui pendekatan perhitungan yang sama seperti perhitungan nilai beban thermal.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan gaya tarik di tumpuan pada kasus ini diantaranya adalah:
- Diterapkan pada kedua kaki tumpuan, jika semua tumpuan didesain sebagai tumpuan jepit.
- Diterapkan pada satu sisi tumpuan, jika salah satu sisi tumpuan didesain sebagai tumpuan sliding.
- Pendefinisian jenis tumpuan ditentukan oleh ahli mekanikal atau data dari vendor mesin yang bersangkutan.